Sabtu, 31 Maret 2012

Morfologi Eritrosit dan Kelainannya

Diposting oleh Unknown di 01.55

MORFOLOGI ERITROSIT DAN KELAINANNYA

Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira 1/3 – ½  diameter sel. Pada evaluasi sediaan darah apus maka yang perlu diperhatiakan adalah 4S yaitu size (ukuran), shape (bentuk), warna (staining) dan struktur intraselluler.
Kelainan Ukuran Eritrosit  
a.       Mikrosit
Diameter < 7 mikron, biasa disertai dengan warna pucat (hipokromia). Pada  pemeriksaan sel darah lengkap didapatkan MCV yang rendah. Ditemukan pada
-          Anemia defesiensi besi
-          Keracunan tembaga
-          Anemia sideroblasik
-          Hemosiderosis pulmoner idiopatik
-          Anemia akibat penyakit kronik
b.      Makrosit
Diameter rata-rata > 8 mikron. MCV lebih dari normal dan MCH biasanya tidak berubah. Ditemukan pada:
-          Anemia megaloblastik
-          Anemia aplastik/hipoplastik
-          Hipotiroidisme
-          Malnutrisi
-          Anemia pernisiosa
-          Leukimia
-          Kehamilan
Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat di dalam suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi).
Variasi Kelainan Warna Eritrosit
Sebagai patokan untuk melihat warna erotrosit adalah sentral akromia. Eritrosit yang mengambil warna normal disebut normokromia.
Hipokromia dalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb kurang dari  normal sehingga sentral akromia melebar  (>1/2 sel). Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk cincin     (anulosit). hipokromia sering menyertai krositosis. Ditemukan pada:
-          Anemia defesiensi fe
-          Anemia sideroblasti
-          Penyakit menahun(mis. Gagal gunjal kronik)
-          Talasemia
-          Hb-pati (C dan E)
Hiperkromik adalah eritrosit yang tampak lebih merah/gelap dari warna normal. Keadaan ini kurang mempunyai arti penting karena dapat disebabkan oleh penebalan membrane sel dan bukan karena naiknya Hb (oversaturation). Kejenuhan Hb yang berlebihan tidak dapat terjadi pada eritrosit normal sehingga true hypercromia tidak dapat terbentuk.
Polikromasia adalah keadaan dimana terdapat bebrapa warna di dalam sebuah lapangan sediaan apus. Misalnya ditemukan basofilik dan asidofilik dengan kwantum berbeda –beda   karena ada penambahan retikulosit dan defek maturasi eritrosit. Dapat ditemukan pada keadaan eritropoesis yang aktif misalnya anemia pasca perdarahan dan anemia hemolitik. Juga dapat ditemukan pada gangguan eritropoesis seperti mielosklerosis dan hemopoesis ekstrameduler.
Variasi Kelainan Bentuk Eritrosit
 a.       Poikilositosis
Disebut poikilositosis apabila pada suatu sediaan apus ditemukan    bermacam-macam variasi bentuk eritrosit. Ditemukan pada:
-          Anemia yang berat disertai regenerasi aktif eritrosit atau hemopoesis ekstrameduler
-          Eritropoesis abnormal (anemia megaloblastik, leukemia, mielosklerosis,dll)
-          Dekstruksi eritrosit di dalam pembuluh darah (anemia hemolitik)
b.      Sferosit
Eritrosit tidak berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya sferik dengan tebal 3 mikron atau lebih. Diameter biasanya kurang dari 6.5 mikron dan kelihatan l;ebih hiperkromik daqn tidak mempunyai sentral akromia. Ditemukan pada:
-          Sferositosis herediter
-          Luka bakar
-          Anemia hemolitik
c.       Elliptosis (Ovalosit)
Bentuk sangat bervariasi seperti oval, pensil dan cerutu dengan konsentrasi Hb umumnya tidak menunjukkan hipokromik. Hb berkumpil pada kedua kutub sel. Ditemukan pada:
-          Elliptositosis herediter ( 90 – 95% eritrosit berbentuk ellips)
-          Anemia megaloblastik dan anemia hipokromik (gambaran elliptosit tidak > 10 %)
-          Elliptositosis dapat menyolok pada mielosklerosis
d.      Sel Target (Mexican Het cell, bull’s eye cell)
Eritrosit berbentuk tipis atau ketebalan kurang dari normal dengan bentuk target di tengah (target like appearance). Ratio permukaan/volume sel akan meningkat, ditemukan pada:
-          Talasemia
-          Penyakit hati kronik
-          Hb-pati
-          Pasca splenektomi
e.       Stomatosit
Sentral akromia eritrosit tidak berbentuk lingkaran tetapi memanjang seperti celah bibir mulut. Jumlahnya biasanya sedikit apabila jumlahnya banyak disebut stomatositosis. Ditemukan pada:
-          Stomasitosis herediter
-          Keracunan timah
-          Alkoholisme akut
-          Penyakit hati menahun
-          Talasemia
-          Anemia hemolitik
f.       Sel Sabit (sickle cell; drepanocyte; cresent cell; menyscocyte)
Eritrosit berbentuk bulan sabit atau arit . Kadang-kadang bervariasi berupa lanset huruf  “L”, “V”, atau “S” dan kedua ujungnya lancip. Terjadi oleh karena gangguan oksigenasi sel. Ditemukan pada penyakit-penyakit Hb-pati seperti Hb S dan lain-lain
g.      Sistosit ( fragmented cell; keratocytes)
Merupakan suatu pecahan eritrosit dengan berbagai macam bentuk. Ukurannya lebih kecil dari eritrosit normal. Bentuk fragmen   dapat bermacam-macam seperti helmet cell, triangular cell, dan sputnik cell. Ditemukan pada:
-          Anemia hemolitik
-          Purpura trombotik trombosistik
-          Kelainan katup jantung
-          Talasemia Major
-          Penyakit keganasan
-          Hipertensi maligna
-          Uremia
h.      Sel Spikel (sel bertaji)
Ada 2 jenis sel bertaji yaitu akantosit dan ekinosit
1.      Akantosit  (Spurr cell)  adalah eritrosit yang pada dinding   terdapat tonjolan–tonjolan sitoplasma yang berbentuk duri (runcing), disebut tidak merata dengan jumlah 5 – 10 buah, panjang dan besar tonjolan bervariasi, ditemukan pada:
-          Abetalipoproteinemia herediter
-          Pengaruh pengobatan heparin
-          ‘Pyruvate kinase deficiency’
-          Peny. Hati dengan anemia hemolitik
-          Pasca splenektomi
2.      Echynocyte (Burr cell, Crenated cell, sea-urchin cell) merupakan eritrosit dengan tonjolan duri yang lebih banyak ( 10 – 30 buah), berukuran   sama. Tersebar merata  pada pada permukaan sel. Ditemukan pada:
-          Penyakit ginjal menahun (uremia)
-          Karsinoma lambung
-          Artefak waktu preparasi
-          Hepatitis
-          ‘Bleeding peptic ulcer’
-          ‘Pyruvate kinase deficiency’
-          Sirosis hepatic
-          Anemia hemolitik
i.        Tear Drop cell
Eritrosit memperlihatkan tonjolan plasma yang mirip ekor sehingga seperti  tetes    air mata atau buah pir. Ditemukan pada:
-          Anemia megaloblastik
-          Myelofibrosis
-          Hemopoesis ekstramedullar
-          Kadang-kadang pada talasemia
j.        Sel krenasi
Eritrosit memperlihatkan tonjolan-tonjolan tumpul di seluruh permukaan sel. Letaknya tidak beraturan, ditemukan pada hemolisis   intravaskuler.
k.      Kristal Hemoglobin C
Bentuk kristal tetragonal. Ditemulan    pada penderita hemoglobin C yang telah di Splenektomi
Kelainan Intra Sellular Eritrosit
 a.       Stipling basofilik
Pada eritrosit terdapat bintik-bintik granula yang halus atau kasar, berwarna biru, multiple dan difus. Ditemukan pada:
- keracunan timah
- Anemia megaloblastik
- ‘Myelodisplastik syndrom’(MDS)
- Talasemia minor
- ’Unstable hemoglobin   disease’
b.      Benda Papenheimer
Eritrosit dengan granula kasar, dengan diameter ± 2 mikron yang mengandung Fe, feritin, berwarna biru oleh karena memberikan reaksi Prusian blue positif. Eritrosit yang mengandung benda inklusi disebut siderosit dan bila ditemukan > 10% dalam sediaan hapus, petanda adanya gangguan sintesa hemoglobin. Ditemukan pada:
- Anemia Sideroblastik
- Pasca splenektomi
- Beberapa anemia hemolitik
c.       Benda Howell-Jolly
Merupakan sisa pecahan inti eritrosit , diameter pecahan rat-rata 1 mikron, berwarna ungu kehitaman, biasanya tunggal. Ditemukan pada:
- Pasca splenektomi
- Anemia hemolitik
- Anemia megaloblastik
- Kelainan   metabolisme hemoglobin
- Steatorrhoe
- Osteomyelodisplasia
- Talasemia
d.      Cincin Cabot (“cabot Ring”)
Merupakan sisa dari membrane inti, warna biru keunguan, bentuk cincin angka ‘8’. Terdapat dalam sitoplasma. Ditemukan pada:
- Talasemia
- Anemia pernisiosa
- Anemia hemolitik
- Keracunan timah
- Pasca splenektomi
- Anemia megaloblastik
e.       Benda Heinz
Hasil denaturasi hemoglobin yang berubah sifat. Tidak jelas terlihat dengan pewarnaan Wright’s, tetapi dengan pengecatan  kristal violet seperti benda-benda kecil tidak teratur berwarna dalam eritrosit. Ditemukan pada:
-  G-6-PD defesiensi
-  Anemia hemolitik karena obat
-  Pasca splenektomi
-  Talasemia
-  Panyakit Hb Kohn Hamme
f. Eritrosit berinti  (“Nucleated red cell”)
Eritrosit muda bentuk metarubrisit. Adanya inti darah tepi disebut “normoblastemia”. Ditemukan pada:
-  Perdarahan mendadak dengan sumsum tulang meningkat
-  Penyakit hemolitik pada anak
-  Kelemahan jantung kongestif
-  Anemia megaloblastik
-  Metastase karsinoma pada tulang
-  Leuko-eritroblastik anemia
-  Leukemia
-  Anemia megaloblastik
-  Hipoksia
-  Aspeni
g. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil zat warna asam dan basa karena RNA, ribosom dan hemoglobin. Bila diwarnai dengan pulasan supravital sel ini retikulosit.
h. Rouleaux formation
- Suatu eritrosit yang kelihatn tersusun  seperti mata uang logam, oleh karena    peninggian kadar hemoglobin yang normal, karena artefak.
- Harus dibedakan   dari aglutinasi yang dijumpai pada AIHA
- Ditemukan pada: Multiple mieloma, makroglobulonemia.

7 komentar:

Sukmawan on 2 Januari 2017 pukul 23.41 mengatakan...

love this...

Adams Sophiano on 29 Mei 2017 pukul 23.04 mengatakan...

mohon maaf apakah saya boleh minta referensinya ?

Unknown on 30 Mei 2017 pukul 06.43 mengatakan...

Makasih gan

studentlife on 9 Mei 2018 pukul 01.46 mengatakan...

mohon maaf apakah saya boleh minta referensi dan daftar pustaknya?

Elvide Mercy on 19 September 2018 pukul 07.21 mengatakan...

πŸ‘ thanks!

Nur Rahmah O on 13 Agustus 2019 pukul 17.55 mengatakan...

Sangat bermanfaat

Unknown on 13 Desember 2019 pukul 11.58 mengatakan...

Sangat bermanfaat

Posting Komentar

 

CocoQuiin’s Blog Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting